Skip to main content

First Strike Rengkik Experience: Cerita Seru Mancing Ikan Baung

"Sumpah dengkulku sampai bergetar setelah narik ikan itu"

Ini adalah cerita pengalaman pertama saya mendapatkan satu ekor ikan rengkik alias baung di spot Jembatan Rolak Gunungsari. Kabar kemacetan akhir tahun menjelang libur Natal dan Tahun baru menyeruak. Agar lebih fresh bermotor dari Surabaya menuju Malang saya memutuskan untuk memancing sejenak sembari mengumpulkan situasi terkini lalu lintas ke selatan. 

Dari Kos di Rungkut, saya berhenti di Jagir untuk beli persediaan timah pemberat (timbel) dan iseng membeli umpan telur ikan yang dijual oleh bapak tua dekat perlintasan kereta api. 20 ribu rupiah untuk satu kantong yang berisi kurang lebih 3-4 telur. Antara telur ikan lele dan ikan sakarmut. Kuning kecil dengan bau amis meskipun dibungkus dalam plastik kecil. 

Simak Sensasi Mancing Ikan Baung Surabaya 



Malam itu saya tiba di jembatan Rolak Gunungsari dan menyambut kawan-kawan pemancing dengan suka cita. Spot ini disebut kolam kebanggan, milik kita semua bagi warga sekitaran Jambangan, Gunungsari hingga Jogoloyo. Beruntung atas perkenalan dengan Pak Anam, saya diikutkan dalam grup pemancing area rolak yang tergabung dalam RFC (Rolax Fishing Community). Walaupun sebenarnya sudah sering memancing di spot ini sejak pindah dari Jogja tapi hanya tahu wajah para pemancing yang biasa nongkrong menghadap barat di trotoar jembatan sembari menikmati semangkok bakso Cak Gondrong. 

Umpan telur ikan membuahkan hasil mendaratkan satu ikan keting ukuran jumbo sebelum hujan melanda. Ikan keting ini menjadi awal yang indah untuk malam yang beruntung. Melihat umpan yang menipis, saya nempil –minta dengan halus – satu umpan dari salah satu pemancing yang sering menemani saya setiap mancing di rolak. Adalah Pak Jembar, pemancing senior yang terkenal di kalangan night angler pemburu rengkik spot Gunungsari. Saya juga bertanya-tanya sampai sekarang mengapa dijuluki Pak Jembar. Jembar dalam bahasa Jawa artinya Lebar. Tanpa bermaksud body shaming saya berasumsi jika disebut jembar karena postur tubuhnya yang tambun. Jemblung seperti saya. 

Pakdhe nyuwun umpan  usus e setunggal nggeh 


Demikian permohonan saya sembari mengambil satu biji usus yang tertempel di pipa jembatan. Saat itu hujan turun dan beberapa pemancing menggunakan mantel termasuk saya. Sing penting yakin merupakan slogan yang menguatkan pemancing saat nekad memancing di tengah guyuran hujan. Setelah hujan reda, nampak berdatangan pemancing-pemancing lain. Malam ini sepertinya ada pesta. Memancing ikan rengkik setelah turun hujan itu lebih menghasilkan dibanding saat cerah. Asal bawa cadangan kail dan timbel yang banyak karena resiko tersangkut lebih banyak. Arus lebih deras karena debit air yang lebih dan sampah yang lewat kadang ugal-ugalan. 

Amis Baung Perdana 

Iseng tapi penuh perhitungan saya mencoba melempar. Kali ini meniru para pemancing senior saya melempar kearah barat dari Jembatan. Menggunakan Reel kelas 2000 dan joran untuk casting spinning ukuran 180 saya menunggu sesaat untuk mencari peruntungan. Ikan disyukuri, nyantol sampah yo dilakoni. Tiba-tiba ..ctak ctak...ujung orang bergoncang dan beradu dengan besi jembatan. Langsung saya raih joran, tarik dengan hempasan yang kencang dan ...strike......nampak ada goyangan dari ujung senang. Ada beban yang bergerak tapi bukan sampah. Ada yang bulat tapi bukan tekad – ngomong opo seh-. 

Kontan orang-orang yang berkumpul di dekat jembatan pun tercuri perhatiannya. Terlebih para pemancing senior di sekitar saya. Saya berusaha tenang, sok tegar mengatasi perlawanan ikan yang berenang kencang ke kanan dan ke kiri. Disko ajojing pokoknya malam itu. Dengkul saya terasa gemetar karena ini pengalaman perdana menarik ikan idola. Ikan impian non bader. 

Perjuangan Awal 

“Alon Mas...ayo di mong jo kesusu” 
Perintah dan saran bijak dari pemancing di sebelah saya. Semakin lama ikan semakin tertarik ke depan. Hingga tiba saat yang mendebarkan. Ikan berada tepat di bawah jembatan, tegak lurus dengan kaki saya. Jika mancing pinggiran pada momen seperti ini bisa langsung turun ke tepi sungai menjemput ikannya. Lain halnya ketika mendapat momen mendebarkan seperti ini. Perlu ketenangan pikir dan kelenturan joran. Gagal mendarat atau senar putus, yang menyayangkan tidak sedikit. Bahkan berdasarkan pengalaman pribadi saat ada yang menemui orang yang gagal mendaratkan ikan dari atas jembatan padahal kurang satu hempasan. Makian hujatan tertawaan terdengar seantero jembatan. “Wah...eman !” ..”Goblook” menggema dari berbagai penjuru Rolak. Termasuk saya juga ikut menyumbangkan kata-kata makian karena melihat kekompakan pemancing walau tidak sepenuhnya kenal satu sama lain. Kompak menertawakan kecerobohan dan kesialan pemancing lain. 

Tarikannya Aduhai 
“Sek sek Mas...angonen sek iwake” ujar salah satu pemancing senior yang berkumis. Dengan sigap beliau mengambil sesuatu dari tas jinjingnya. Sebuah alat khusus untuk mendaratkan ikan membantu menyeberangkan ikan dari bawah ke atas. Sebuah jangkar dan talinya terulur ke bawah sungai. Saya berupaya tenang dengan tanpa membatasi ruang gerak ikan yang menggeliat di bawah jembatan. Jangkar dengan besi tajam pada berbagai sisi telah sampai permukaan air. Pelan tapi pasti jangkar bergerak dan hupp,...berhasil menghunjam perut ikan rengkik dengan sempurna dan tepat sasaran. 


Selebrasi 
“Ayo mas unggahno..alon-alon” dengan gerak serasi saya menggulung reel mengikuti tarikan demi tarikan tali jangkar. Akhirnya satu ikan Rengkik telah berhasil saya dapatkan. Setelah selebrasi, cipokan dengan ikan rengkik dan foto-foto saya berangkat pulang. Ikan saya berikan kepada kawan pemancing yang jadi koki, chef Aris. Pertimbangannya saat itu saya akan pulang Malang menghadapi macet akhir tahun yang tidak memungkinkan membawa ikan sebesar itu. Benar juga, pagi berangkat berboncengan dengan nyonya menuju Malang dan terjebak macet mulai Lawang. Biasanya ditempuh via motor hanya 2.5 jam pada hari ‘spesial’ itu membutuhkan waktu 6 jam setara perjalanan Surabaya Ngawi. Jika bawa ikan saat perjalanan selama itu, sampai Malang ikannya sudah matang karena panas matahari. Ucapan terima kasih untuk Pak Jembar atas umpan usus spesialnya dan Sedulur RFC semua. []


Comments

Popular posts from this blog

8 Mitos Memancing dan Maknanya

Benarkah ketika kita memancing ada seekor capung hinggap di joran pertanda hoki? Mengapa selama istri hamil suami pantang untuk berangkat mancing? Bagaimana melangkahi joran pancing orang lain? Semuanya mitos yang kembali kepada diri kita sendiri. Pemancing juga punya beberapa mitos yang berbeda satu tempat dengan tempat yang lain.  Capung Kali Jagir  Mitos dikatakan realistis jika mempunyai bukti material yang riil, dapat terbukti secara ilmiah. Kendalanya adalah mitos -sebagaimana sebagai dongeng- diturunkan secara lesan dari mulut kemulut. Kebenaran yang ada bersifat relatif. Mitos berkaitan dengan kisah-kisah masa lampau yang mempengaruhi tujuan hidup. Dalam dunia mancing memancing juga ada mitos yang berlaku, inilah yang saya ketahui.  1. Capung Nangkring di Joran  Pernah mancing dan joran kita dihinggapi seekor capung. Apakah pertanda boncos atau sial? Tenang semua semua kembali kepada diri kita sendiri. Kalau dinalar secara rasional keberadaan capung justru se...

Pilih Moncel atau Boncos?

Jika disuruh untuk memilih, sebagai seorang pemancing anda pilih boncos atau pilih moncel? Boncos adalah kondisi memancing tanpa hasil alias kerumbu kosong. Moncel artinya gagal atau nyaris mendapatkan ikan. Bagi pemancing aliran casting tentu moncel lebih menyakitkan. Bayangkan sudah terlihat ikannya tinggal beberapa kali tarikan tapi gagal mendarat. Sakit tapi tak berdarah dan bikin jantung deg-deg ser.  Boncos itu sakit Sejak menekuni dunia casting selama dua tahun terakhir. Moncel pernah, boncos lebih sering. Pengalaman moncel yang paling menyakitkan saat ikan sudah strike. Tinggal beberapa tarikan saja tapi gagal mendarat. Itu serasa sakit tapi tidak berdarah. Umpan minnow saya ada berbagai jenis. Satu yang kerap moncel adalah model spinner spoon. Logam pipih yang bisa bisa berputar ketika ditarik setelah gulung. Moncel pertama di spot Dadapan Sidoarjo. Saat ikan sudah kena tinggal beberapa tarikan gagal mendarat. Ada pula spot di Tambak Bulak saat ikan mengejar spoon lalu hau...

Sensasi Strike dan Tips Mancing Ikan Jendil

Kecipak-kecipak di antara aliran sungai Jika anda melihat aliran sungai sekitar Kalimas termasuk Gunungsari dan Jagir di Surabaya khususnya pada malam hari ada yang bergerak di antara air. Bukan hantu air atau pasukan ampibi yang sedang berlatih tapi gerakan konstan di permukaan ini berasal dari ikan Jendil. Masih kerabat dengan ikan Patin yang membedakan hanya agak kecil dan memanjang.  Jendil 29 Juli 2017 Ikan Jendil banyak terdapat pada aliran sungai seperti Brantas dan Bengawan Solo. Warna kulitnya kemerahan seperti bule yang sedang berjemur seperempat jam di tepi pantai. Ikan ini suka menampakan diri sambil berenang ke permukaan untuk menghirup udara segar. Mungkin terlalu sumpek berada di dasar air. Ikan sintal ini baik untuk kesehatan dan cara memancingnya pun unik.  Jendil Mini  Teknik yang digunakan adalah pelampung yang mengikuti aliran air. Memancing ikan ini direkomendasikan pada sore-malam hingga menjelang pagi hari. Siang hari ikan ini lebi...