Pulang kampung yang sempat tertunda akibat pandemi, terlaksana setelah 4 bulan penantian. 9 Agustus 2020 untuk kedua kalinya saya pulang kampung. Tidak lupa bawa alat pancing. Seperangkat alat casting dan tegeg mikrofishing lengkap beserta umpan mainannya.
Bersepeda motor membawa joran di punggung rasanya seperti tentara yang membawa senapan waktu perang. Setelah mengalami serangkaian insiden ringan motor jadul suprafit akhirnya sampai ke tanah kelahiran: Lamongan. Daerah yang masuk favorit para pemancing. Ada sungai Bengawan Solo di bagian barat, ada sungai Deket yang masuk kecamatan saya dan Bengawan Wurung yang menjadi area spot idaman casting gabus.
Berangkat pagi buta selepas subuh, saya menunggu bapak berangkat ke sawah terlebih dulu. Membawa motor Revo merah meninggalkan rumah memasuki area sawah. Di bendungan dusun sudah ada para sniper, penembak ikan rasa pancing yang berkumpul. Mancing di sekitar telaga dusun tidak jadi langsung meluncur ke Bengawan Wurung.
Dinamakan Bengawan Wurung karena dianggap sebagai sungai yang tidak jadi. Sebenernya ini area rawa yang difungsikan sebagai waduk irigasi di banyak desa. Desa Srirande, Desa Rejotengah dan Desa Rejosari memanfaatkan waduk ini sejak lama.
Tiba di spot terlihat air sudah mulai menyurut. Selama masih ada genangan di sana ikan gabus masih eksis. Tiba di genangan pertama, menyisahkan celah kecil di antara tanaman air. Pada lemparan kesekian, kodok kayu pink jenis Shark Frog tersangkut. Tanpa banyak menunggu langsung saya terjun ke rawa sebelum nyajen.
Saya putuskan pindah spot, menyisir area barat sampai sawah warga desa lain. Ada satu genangan yang menarik dekat kandang alami burung hantu yang diberdayakan untuk memburu tikus, si hama padi. Saya menggunakan kodok racing kecil kuning. Pada lemparan kesekian, ada hentakan dan setelah saya tarik gabus ukuran sedang meloncat. Kegirangan karena lolos jadi sasaran kodok palsu.
Setelah dirasa kurang haup. Saya pindah ke spot lain. Geser kembali kearah timur. Melintas seorang lelaki mengendarai motor matik dan ada alat pancing. Ternyata baitcasting, tukang begal kutuk juga. Kami saling menyapa ala sesama pemancing dan dia melintas ke arah barat.
Saya melihat sebuah rerimbunan yang cukup menggoda. Jarang tersentuh manusia sepertinya. Saya coba lempar dengan pijakan diantara semak-semak. Sesekali nyangkut si rerumputan dekat kaki. Matahari kian meninggi. Rasa percaya diri terus lempar kodok racing diantara sela tanaman air. Dan...Jeblar..sambaran ikan terasa. Joran BC Kyoto Jungle Stick saya sentak dan seekor ikan gabus ukuran lumayan besar terlihat kosal kosel. Berenang kian kemari dan dengan tenang saya bisa mendaratkannya sambil bergegas menuju atas pematang waduk. Akhirnya pulang kampung tak sia-sia, bisa mengisi stok penampungan ikan kutuk untuk Ibunda yang masih butuh terapi albumin. Ikan gabus rawa lebih agresif dengan kulit hitam legam. Kalau hijau berbulu daun itu Swam Thing. Salam joran melungker.
Comments