Tanago Kid: Mbolang Microfishing Lintas Spot

"Le ikut papu mancing mau?" 
"Mancing kemana Papu..mas Ayak mau..tapi jangan jauh-jauh ya" 
dialog sabtu pagi antara bapak dengan anak yang tidak bisa tiap hari bertemu. 7 November 2020 ketika sabtu tidak ada kegiatan kerja saya putuskan Jumat malam untuk pulang ke Malang. Rindu pada keluarga kecil dengan dua anak kecil yang menggemaskan membuat berangkat bermotor ke arah selatan lebih semangat. 

Strike 

Selepas mengantar nyonya berangkat ngantor. Bersama tole berangkat menuju spot mancing mencari ikan wader. Tidak lupa nurutin kemauan tole untuk melihat kereta api yang parkir berjajar di Stasiun Malang dari atas jembatan utara stasiun. Setelah puas melihat kereta parkir dengan sedikit kesal karena waktu yang kurang tepat tidak ada kereta yang lewat. Tole akhirnya minta diarahkan untuk mancing. 

Makan Bekal Ayam Panggang

Menuju spot sejuta umat warga Malang Kota: Telogo Uwok embong kembar timur Pasar Gadang dekat warung sudah ada Pak Jon yang sedang sibuk memancing. Menggunakan tiga tegek sekaligus mencari ikan termasuk yang ukuran kecil digunakan sebagai umpan untuk ikan peliharaan: ikan predator kata Pak Jon. Pak Jon ingin memberikan satu ikan kecil mujair pada tole. Tapi tole agak takut. Butuh pendekatan lebih agar anak pemancing suka dengan ikan termasuk berani megang ikan secara langsung. 


Wader Kid 


Secangkir kopi buat papu dan segelas teh untuk tole telah tandas di warung dekat spot Pak Jon. Akhirnya kami berdua bergeser menuju spot Arjowinangun. Saluran irigasi di batas kota.  Di tengah perjalanan nampak sosok yang tidak asing. Gandengan mancing sejak mengenal teknik memancing ikan wader: Hasan Sobo Kali. Sedang memancing di sekitaran RSUD Malang. Spot kecil dengan aliran yang sabtu itu agak dangkal. Berniat menemani Hasan yang sudah menyediakan satu kresek cacing sampah hasil berburu di sekitaran pasar induk Gadang. Melihat kondisi air yang terlalu dangkal saya lebih memilih untuk memancing di spot irigasi batas kota. 

Irigasi batas kota 

Ternyata sesampai di spot irigasi pinggir kota. Cuaca cerah. Maklum bedug dobol maksa mancing dalam rangka menjadi pasukan karak. Air kurang mendukung, deras dan agak keruh karena dapat kiriman air hujan dari hulu. Panas tengah hari dan tole masih berupaya menikmati kebersamaan berpanas ria. Ketika gesture tubuhnya mulai kurang nyaman. Akhirnya payung merah kesayangan langsung terbentang. Berpayungan bareng dalam cerah. 

Saya turun ke pematang sawah mencoba mencari cacing merah. Ternyata habis musim tanam. Pematang tanah masih kencang. Tidak seperti pada mancing pada masa sebelumnya yang tanah masih berantakan. Cacing sawah masih melimpah. Hanya dapat satu cacing merah kecil. Sekali pasang langsung habis. Tole minta mancing lagi. Akhirnya kami putuskan untuk pindah sekalian beli umpan andalan: ulat kandang mini. Perjalanan lanjut kembali ke tempat Hasan Sobo Kali mancing di sekitaran RSUD. Namanya pemancing handal. Walaupun air deras dan dangkal tetap dapat ikan. Bebarapa wader pari terselamatkan di dalam wadah cat birunya. Saya mencoba bergabung dengan minta satu potong cacing dan mencoba sapolo laras pendek memancing di got. Hasan ijin untuk mencari umpan lagi karena cacing banyak yang mati. Dia berangkat ke pasar Gadang mengais cacing di sampah pasar. Atas petunjuk Hasan saya mencari toko pakan burung. Dekat perempatan tutup akhirnya meluncur menuju ke utara sampai dekat daerah Buring. Beli satu porsi ulat kandang, mengambil duit dari saku jaket tole. Sorry yo nak, duit sangumu dua ribu rupiah kuambil diam-diam. 

We fish a lot 

Kembali ke spot sekitaran timur Gadang. Sesuai petunjuk Pak Jonas ada spot syahdu di sekitaran hutan pinus. Belakang bangunan tua ada saluran air dekat sawah yang cukup rimbun untuk menikmati mancing. Semilir angin dan teduh membuat mancing kita menjadi semakin asyik. 
"Naik-naik ke puncak gunung ..tinggi-tinggi sekali..kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara" nyanyi tole. 
"Mana cemaranya? iniloh pohon sengon" kata saya. 
"Kiri kanan kulihat saja..banyak pohon sengon" nyanyi tole lagi. 
"Nah gitu dong" 
"Papu lucu" celoteh tole
"putumu tah lucu?" celetuk saya. Dan kami tertawa lepas. Hingga pertengahan hari kami putuskan pindah spot di belakang perumahan Tangkil. Beberapa wader pari moncel. Hanya satu wader terselamatkan. Yang penting menikmati momen tersama si kecil tanpa gawai dan dekat dengan alam. Salam joran melungker. 

Post a Comment

0 Comments