"Ada ikan tawes seharga LCD ponsel?"
Bukan ikan tawes biasa. Atau ikan tawes yang kawin silang dengan ikan hias mahal nan kondang. Ikan tawes ini didapat dengan perjuangan yang berbasah-basah. Basah kuyup seluruh tubuh di tengah Surabaya yang sore itu tidak turun hujan. Tertanggal 6 Februari 2021, karena tidak pulang ke Malang saya sempatkan untuk menghabiskan akhir pekan di sungai sambil mencari ikan. Lumayan buat lauk. Sabtu siang berangkat dari Kos Rungkut saya menyiapkan piranti microfishing beserta umpan ulat kandang yang doyan daun kangkung.
![]() |
Aksi Penyelamatan Ponsel (Roikan Artworks with MediBang Paint Pro) |
Tiba di spot Kalimir Jagir saya mencari tempat yang agak kosong. Kebetulan jika akhir pekan, daerah ini ramai dengan para pemancing. Terlebih saat musim mujair parkiran sampai penuh dan spot seperti layaknya kolam pemancingan lomba galatama cethilan lele. Pada bagian tengah pipa beton sudah duduk dengan santuy Pak Ndut, seorang pemancing setempat yang cukup saya kenal. Saya memilih sisi sebelah timur. Sambil menunggu sisi tengah kosong. Setelah beberapa saat memancing di sana ada pergerakan perpindahan orang di tengah. Saya mengisi slot kosong dan duduk dekat Pak Ndut.
Beberapa menit kemudian datang lelaki dengan senyum sumringah. Lek Siget. Karena spot favoritnya penuh dia memilih memancing di sebelah timur. Namanya pemancing pakar, baru pasang umpan sudah dapat ikan keting ukuran kecil. "Bolomu Jek lunggu wis oleh iwak" komentar Pak Ndut. Saya menyiapkan strategi buat mendapat ikan di spot tengah. Ada gerak dari bawah air. Umpan ulat kandang saya arahkan dan strike..seekor keting besar dapat saya daratkan. Sore itu beberapa pemancing pulang. Mirip pergantian shift, ikan keting saya kasihkan kepada teman Pak Ndut untuk memperbanyak pundi-pundi kresek ikan hasil donasi pemancing liar.
Begitu spot tengah kosong Lek Siget pindah memancing dekat saya. Ujung jorannya melengkung tajam. Seekor ikan sakarmut badannya tersangkut pancing yang katanya dibeli dengan harga murah meriah ini. Ikan di lepas dan kita memancing kembali. Hari semakin sore, sementara pergerakan ikan makin tidak terasa. Pemancing beberapa pulang dan ada sekumpulan anak muda yang memperhatikan kita memancing dari atas. Tiba-tiba pemancing sebelahku terlihat bergerak cepat. Piranti mancing umpan tempe goreng melengkung tajam untuk yang kedua kali. Lengkungan pertama putus di tengah dan kali ini melengkung dengan pergerakan ikan yang mulai terlihat. Sirip putih dengan sisik perak pasti bader jumbo. Setelah memastikan kalau ikan yang didapat bukan Sakarmut. Spontan saya mendekat di pinggir sungai. Jiwa caddy saya meronta ketika menyaksikan pemancing berjuang keras untuk mendaratkan ikan. Sesama pemancing harus saling menolong.
Saya berjalan melewati belakang Lek Siget. Menuju tepi, mengambil ujung senar dan Plung !!!...terlihat benda kotak yang tidak asing berwarna coklat masuk dengan lancar ke sungai. Tepat di tengah saluran air.
"Mas HP mu lugur" kata orang di sekitar. "Lho iyo tah?" tanya saya dalam hati.
Tas pinggang Eiger yang saya periksa ternyata kantong berjaring paling luar sudah tidak ada isi. Ponsel telah raib dari tempatnya. Biasanya saya menaruh di situ agar cepat untuk mengabadikan momen penting ketika memancing.
Setelah sadar ponsel masuk sungai. Spontas saya langsung masuk sungai setelah sebelumnya mengamankan tas dan dompet. Sambil mengingat lokasi titik jatuhnya ponsel saya menyelam menuju dasar sungai. Gila sungai ini tidak ada ujungnya. Terus berenang ke bawah dan tidak menemukan ujungnya. Saya berenang kembali menuju atas untuk mengambil napas di udara bebas.
Bergumul pada Ujung Aliran Got
Pada penyelaman yang kedua saya terus mencari ujung sungai. Ternyata masih belum bertemu dasar sungai. Siapa tahu ponsel tergeletak di dasar lumpur. Air bergerak tidak beraturan. Dari barat pintu air Jagir berwarna coklat berarus deras dan dari selatan ada aliran air berasal dari drainase warga. Napas sesak karena waktunya isi ulang oksigen lagi. Saya berenang ke atas dan mengambil udara kembali. Sekilas orang-orang memperhatikan dan anak muda di atas sampai mengabadikan momen tim SAR dadakan ini dari kamera ponselnya.
Setengah panik saya mulai bernapas panjang. Mencari udara sebanyak-banyaknya. Pada penyelaman ketiga saya bergerak lebih pelan dan tenang. Dengan mata tertutup tentunya. Air coklat berpadu dengna air got terasa pekat. Tiba-tiba ada sesuatu yang menyentuh di kaki. Benda keras pipih dan terasa karetnya. Ini pasti ponsel OPPO A37 saya yang dibelikan nyonya pada tahun 2017 silam. Mengandalkan indera peraba saya berburu benda itu. Setelah dapat segera saya berenang ke permukaan. Bahkan ponsel masih menyala. Ada wallpaper animasi Avenger imut yang kesukaan tole karena ada efek meledaknya.
Ponsel saya berikan kepada Lek Sigit agar segera dimatikan. Orang-orang antara senang dan tercengang menyaksikan aksi nekad: bapack muda nyemplung sungai di sore santuy. "Sak jane aku arep midio Pak ..tapi ora tegel" kata Lek Sigit. Saya cuma nyengir. Ponsel harus diperjuangkan sampai dapat karena da data dan karya yang belum saya backup.
Sabtu sore mendung tapi tidak turun hujan. Sementara saya basah kuyup sendiri, perpaduan air lumpur dan air got. Kalau langsung pulang ke kos. Menjadi pengendara motor yang basah sendiri. Kalau hujan kan enak teman basah kuyupnya banyak di jalan. Sambil menunggu gelap saya masih sempat meneruskan mancing.
"Ini ponsel sudah jatuh ke air ketiga kalinya" kata saya pada Lek Sigit. Pertama ketika casting ikan gabus pagi. Tidak sengaja ponsel jatuh ke tambak. Secepat kilat saya ambil, matikan dan dijemur di bawah sinar matahari. Sukses menyala. Kejadian kedua, saat memancing di plensengan utara dekat Gombal Island spot Jagir. Ponsel masuk sungai melayang pelan di permukaan dan secepatnya saya ambil. Matikan dan bawa pulang. Masuk beras selama semalaman dan menyala. Tapi membisu selama dua hari. Setelah itu normal kembali.
Kejadian ketiga ini yang paling parah. Setidaknya ponsel menyelam dalam sungai sekitar 40 detik lebih. Selepas maghrib saya pulang ke kos. Memasukan ponsel ke dalam beras selama beberapa jam. Tengah malam saya coba nyalakan dan bisa. Namun suara tidak muncul. Matikan dan karantina isolasi mandiri kembali dalam beras. Minggu pagi saya coba menyalakan ponsel di warkop. Bisa menyala dan suara juga keluar bahkan sempat videocall dengan tole.
"Papu..itu gambarnya kok buram" kata tole
"Iya..HP papu kena air ada embun di kamera depan" jawab saya sambil mulai panik karena ada yang tidak beres dengan ponsel. Benar juga. Selang beberapa waktu kemudian. Ada garis-garis penuh warna secara vertikal nampak di layar. Ponsel saya matikan dan minggu malam saya coba nyalakan garis masih ada dan tidak bisa masuk di menu.
Teringat kerabat antrop yang juga servis hp handal Lek Bowo ponsel ini haru segera diopname. Senin malam saya mendatangi konter Lek Bowo: De Rebellion. Servis center punya Lek Bowo yang terletak di utara Balai RW Karang Menjangan. Masih dalam komplek Pasar Karmen. Setelah menceritakan kronologi dan pertolongan pertama pada ponsel saat masuk sungai, ponsel harus rawat inap.
"Lapo melbu beras barang?" kata bapak di depan konter.
"Niru nang Youtube Pak" kata saya sambil tersenym nyengir. Dengan sigap Lek Bowo membongkar ponsel. "Kena LCDnya iki kan..semoga gak bootlop" katanya. Begitu membuka bagian belakang masih ada sisa air rupanya. "Lah iki ono banyue...waduh ambue"
"banyu sabtu sore..soko got wong sak Sidosermo" kata saya. Akhirnya setelah semalaman rawat inap. Ponsel bisa menyala kembali dan berganti LCD. Ada perbaikan pada bagian power yang sempat konsleting. Itulah penyebab tidak bisa masuk ke menu. Belajar dari pengalaman ini. Jika anda memancing pastikan ponsel tersimpan dengan baik dan aman. Jika ingin mengabadikan momen lebih baik pakai kamera anti air. Salam joran melungker.
Comments