Pulang mancing bawa ikan itu biasa. Tapi pulang mancing bawa ulat itu luar biasa. Pada trip olahraga pagi sambil angon kodok casting ikan Gabus tidak disengaja ada seekor ulat hitam nempel di pungggung. Ukurannya tidak tanggung-tanggung. Sebesar jari kelingking, dengan santuy turut nangkring. Ikut pulang sampai ditemukan di warung kopi (warkop GCC) Mas Gembel.
![]() |
Ulat Tambak Pocan |
Ceritanya saya mancing pagi seperti biasanya. Berjalan kesana kemari keliling tambak untuk berburu hama udang. Kami adalah sahabat petambak. Pemancing teknik casting. Walaupun tidak semua tambak boleh atau bisa kita pancing. Kami keluar pagi buta dan pulang saat matahari mulai meninggi. Dari tembok perumahan Pondok Candra sisi timur saya parkir motor dan berkeliling sambil rajin lempar umpan. Umpan sirip hiu produk Jack Lure Surabaya. Karena sirip hiu kesayangan, nyajen di tambak barat. Sampai di tambak Pak Marsekal saya berjalan ke arah timur. Menuju spot Waru untuk nyemil bunga telang. Balik mlipir ke tambak Pak Mul lalu berjalan ke utara dan berakhir di tambak pathok. Itu rutinitas tiap mancing pagi. Tapi siapa sangka sepulang dari mancing, begitu sarapan dan ngopi di Warkop GCC ada sesuatu yang bergerak di leher. Ku kira ketempelan daun. Semakin lama gerak semakin jelas dan untuk mengobati rasa penasaran tangan diarahkan dan seekor ulat hitam bertengger. Tidak di rerumputan tapi di leher. Berarti ulat ini ikut bermotor dari tambak sampai warkop. Ulat saya pindah di bawah rumpun bambu kuning dekat warkop. Biar kelak jadi kupu-kupu yang lucu. Itulah cerita geli di bulan Juni tanpa hujan dan Pak Sapardi. Salam Joran Melungker.
Comments