Mancing Wader Pari Pengantar Mengaji

Setelah pagi survei spot sambil momong bocah. Maklum libur panjang, pantang untuk ke tempat rekreasi atau masuk mall. Pasti ramai, mending nyepi di rumah. Pagi itu dua bocil saya ajak jalan-jalan menuju persawahan penduduk. Menyaksikan aktivitas petani panen padi dengan mesin ‘tank’ sawah. Masuk dan menyusuri aliran irigasi yang kebetulan airnya ‘digembok’ untuk kepentingan pengairan.

Sore hari sambil mengantar Tole ngaji saya berangkat ke kali. Tidak bertemu dengan pemancing satu pun padahal cuaca mendukung. Sebungkus biskuit klik saya siapkan, diramu dengan dua tetes air seukuran jari telunjuk. Menyusuri kali sebentar dan menemukan spot mancing yang bagus. Sebuah tiang bekas rumpon yang dapat menghambat aliran derasnya sunyai. Konon di lokasi seperti ini air lebih tenang dan menjadi tempat pemberhentian sementara wader yang berenang melawan arus.


Wader, betok rod dan biskuit klik 

Air terlihat jernih dan nampak kelap-kelip bergerak cepat. Itulah kumpulan ikan wader yang sedang saya target. Dengan menggunakan joran tegek ruang pendek berlabel Betok, kail no 0,8 merk pioner dan senar mono untuk ikan mas yang kuat dan elastis. Adonan biskuit klik sudah siap dan langsung lempar ke air.

Terjadi perebutan ikan memakan umpan secara kolosal. Sayang kailnya masih terlalu besar untuk ukuran mulut ikan wader yang imut. Seharusnya pakai kail no 0,5 atau 0.3. Benar-benar menerapkan microfishing. Pemasangan kail dan tali pancing membutuhkan fokus khusus. Jika menerapkan model mancing seperti ini usahakan menggunakan teknik menali untuk kail tanpa memasukkan ke dalam lubang.

Satu dua kali lemparan belum mendapat hasil. Akhirnya saya pasang senjata kedua, joran patahan yang lentur tanpa pelampung. Hanya mengandalkan potongan timah pemberat karena memang dikhususkan untuk teknik dalaman pada arus deras. Setelah beberapa saat ganti umpan, akhirnya Hap...seekor wader terselamatkan. Sebuah kebahagiaan ketika melihat ikan yang kita pancing telah berhasil didaratkan dengan sempurna. Tarikan wader memang luar biasa.


Mainan sebelum jadi lauk

Kebetulan sore itu situasi air sedang baik-baiknya. Arus On dan pergerakan ikan terlihat lebih agresif termasuk babon ikan wader. Satu ekor berhasil diselamatkan termasuk satu ekor ikan mujair ukuran mini. Beberapa ekor wader didapatkan. Seorang bapak kebetulan baru pulang dari sawah nyamperin saya duduk. Kami ngobrol banyak dan kebetulan bapak itu juga suka mancing. Materi pembahasan kami seputar mancing, dunia ikan, pertanian, padi sampai tengkulak panen padi.

Hari semakin sore, dua orang bocah menghampiri. “Amit...oleh a Mas?” tanyanya. “Ada tuh” jawab saya sambil menunjuk lokasi penampungan ikan hasil mancing. “Masnya masih sekolah?” tanya salah satu bocah. “Masih SMA aku” jawaban saya sekenanya. “Masnya udah punya anak?”

“Udah, kebetulan ngaji di masjid itu” kontan salah satu bocah langsung nyeletuk “Nama anaknya siapa?”

“Arya” jawab saya kalem

“Loh Arya, itu teman sekelas ngajiku, tadi dia bingung pulang ngaji mau dijemput siapa..katanya sama ayahnya”

“Berarti ngajinya sudah selesai” tanya saya dengan polos karena sore itu tidak bawa jam tangan dan ponsel

“Sudah” jawab kedua bocil

Langsung secepatnya saya persiapan balik, kebetulan umpan juga habis. Ternyata di kecil sudah balik ke rumah sendiri. Ikan hasil pancingan saya masukan ke dalam tas kresek tranparan. Si kecil gembira menyambut ayahnya pulang bawa ikan hidup. Malam harinya ikan saya goreng untuk menjadi lauk makan malam. Budayakan makan ikan hasil pancingan niscaya menjadikan keluarga anda keluarga cerdas dan berdaya.  

Post a Comment

0 Comments