Sabtu dan minggu menjadi hari mancing nasional. Orang kantoran libur kerja. Ada yang menyempatkan diri dengan mancing. Laut, muara, sungai, empang hingga kolam berbayar. Saya termasuk pemancing yang kadang menghindari dua hari ini untuk memancing. Sebagai pemancing di tanggal hitam lebih leluasa dengan joging pagi. Seperti pagi di hari biasanya. Weker di tab kindle pukul 04:45 WIB sepuluh menit lebih awal saya sudah bangun lebih dulu. Namanya siklus sikardian, siklus biologis yang menentukan kapan bangun dan kapan tidur. Berangkat menuju spot pukul 05:20 WIB. Sesampai di tambak bel berbunyi pukul 06:00 WIB saatnya membakar kalori. Tarik lempar tarik lempar dan menapaki pematang sampai melintasi berbagai jenis tambak beserta karakteristik penjaga tambaknya.
27 September 2020 menjadi acara jalan-jalan minggu. Sanmor istilah anak Jogja, jalan pagi pada sunday morning. Spot sudah ramai dengan beragam pemancing tukang casting sampai pemburu gabus yang mengandalkan anak katak asli. Hari ini saya memancing pada trayek seperti biasanya. Berupaya melipir dari kerumunan castinger lain. Bukan apa-apa. Toh jika bertemu pun kita saling bercengkrama. Saya menuju arah timur, melewati tambak pak mad dan beranjak pada tambak rumbuk. Spot waru dengan gubuk reot masih potensial. Penuh tanaman air, banyak terlihat anak kodok nampang. Saya pernah moncel beberapa kali dan mendapat sekali..jackpot ikan gabus ukuran sedang dengan menggunakan kodok curut imut.
Simak juga: Casting Gabus dengan Kodok Curut Imut
megalodon ketangkap
"Hei mas....hoi..ojo lewat kono!!...iku galengan bukan untuk dilewati orang..wedhus ae tak larang liwat kono" hardik salah seorang penjaga tambak saat saya melintas pematang terlarang. Peristiwa ini terjadi beberapa waktu lalu. Saya sendiri tidak tahu karena pematang itu rimbun. Jiwa petualang bangkit dan mbasak melewati rerumputan tinggi. Ada tanaman indigo (mangsi biru) yang dalam bisa digunakan sebagai pewarna batik alami. Ada alang-alang dengan sarang ularnya. Ternyata sampai ujung ada portal tinggi. Plus penjaga tambak yang ngomel. "Sepuntene pakdhe mboten ngertos kulo" jawab saya. Tidak mungkin melompati portal kayu dan seng. Saya balik badan. "Eh...mas arep nangdi? liwat kene ae" ujar penjaga tambak. Sambil membuka portal kayunya. Saya dipersilahkan lewat. Itu pengalaman terkeren menuruti jiwa mbolang tapi lupa pantangan.
Kembali pada cerita mancing joging sanmor. Sayup-sayup dari seberang sungai ada kawan-kawan castinger yang tengah bermain umpan logam di tambak kedalaman. Tambak gubuk asam yang pernah moncel gabus ukuran sedang dengan spon di sini. Ada Cak Wid, Sigid dan rombongannya. Saya tetap pada jalur utara. Berpindah menekuni dua kubangan di tambak pak marsekal yang sekarang lebih tepat dikenal tambak papan. Sementara rombongan Cak Wid cs melintas laksana pawai naik motor. Saya tetap teguh tegar meneruskan lembar gulung. Hingga ada ide mengganti umpan branglor menjadi spon. Logam spon terpasang. Lempar dekat tiang papan. Bergeser agak keselatan lempar kembali dan ...Jeblar...ada tarikan dari bawah. Semakin lama semakin kuat. Meronta. Saya penasaran ikan atau plastik kah? Ternyata ada pergerakan cukup kuat dari bawah. Terlihat gabus ukuran jumbo tengah menggelepar. Mencoba bergerak ke dalam lumpur.
Perlawanan cukup sengit. Tanpa setting perangkat reel BC yang sudah 'pating kemratak' tak ada istilah drag mati. Asal ngerem dengan jempol dan bermain halus melawan pergerakan ikan. Setelah beberapa lama akhirnya ikan bisa dibuat terpojok. Langsung saya datangi, tanpa penjepit bibir. Langsung ambil dengan tangan. Gagal. Ikan terus berontak. Mencoba pegang bibirnya ternyata gabusnya mingkem seperti takim. Megang kepala, gabus 'ketayalan'. Cukup lama berjibaku sendiri di pojok pematang. Hingga tangan terlentang. Kiri pegang joran kanan meraih badan gabus. Setelah beberapa kali berjuang akhirnya gabus babon bisa terangkat ke darat. Tak lupa foto..eh tak lupa mengucap syukur karena sudah hampir empat umpan palsu (2 SF, 1 sirip hiu dan 1 spon) nyajen di sekitar area ini terganti satu tangkapan besar. Setelah berfoto ria ala standar majalah mancing dunia (foto bukan selfi tapi memegang ikan, bisa/tanpa gigit joran) menggunakan tripod rumput pematang dan satu kali percobaan timer 8 detik akhirnya ikan berhasil diabadikan. Pulang dengan membawa senyum terkembang, walau sempat balik lagi diperjalanan akibat kotak minnow terjatuh di samping gubuk. Salam joran melungker. []
0 Comments