Mancing Rasa Camping (Trip Kalimir Akhir Maret)

 "Bolomu wingi oleh iwak cukil tak nyang 20 ewu gak dikekno" 

Kata Pak Ndut, gandengan mancing liar di Kalimir yang biasa berburu ikan nila. Siang itu beliau tidak mancing alasannya kaki sakit karena terkena canteng. Saya dilihatin kaki kanannya. Walau 'libur' mancing tetap turun ke kali menikmati pemandangan. Jadi suporter para pemancing lain. Yang penting dekat sungai. Itu sudah melegakan hati. 

Tukang Angon Sepat (Bara Hunter)

Lama tidak mancing. Hampir kurang lebih dua minggu lebih. Stok umpan ulat kandang tandas. Beli biskuit klik untuk umpan mancing lama-lama habis karena dimakan sendiri. Niatnya beli untuk umpan ikan bader ternyata bisa dibuat untuk umpan pemancingnya kala lapar di tanggal tua. Berangkat minggu siang dari kos langsung menuju spot Kalimir. Mengingat sekaligus napak tilas kala hp jatuh di spot yang selalu ramai sejak pagi ini. 

Simak juga: Balada Pemancing Radikal-Kisah Ponsel Masuk Sungai 

Santuy

Berbekal uang dua ribuan terpegang satu plastik ulat kandang hasil beli di toko pakan burung dekat pasar Rungkut. Umpan andalan untuk bermain microfishing. Sesampai di Kalimir ternyata kondisi air kurang kondusif. Arus deras dan kondisi warna air kecoklatan kurang kondusif untuk mancing. Belum lagi panas yang menyengat. Hot potatoes alias panas kentang-kentang. Setelah sekitar 40 menit mencoba bertahan akhirnya memilih untuk menyerah. Rehat sejenak sampai menunggu matahari ke barat dan suhu lebih rendah. 

Mancing plus makan-makan

Sambil cari angin saya keliling. Ambil kotak mancing di kantor. Menjelang sore saya kembali ke kali. Mampir sejenak di spot andalan: Benteng Takeshi Jagir. Ternyata arus super deras, pintu air dibuka semua. Sungguh keadaan yang tidak baik untuk mencoba microfishing. Ada tiga orang pemancing yang masih bertahan memandikan lumut dan cacing di tengah arus deras yang mendera dari barat. Saya balik lagi ke Kalimir. Ada beberapa pemancing yang bertahan. Bahkan ada yang sejak pagi memancing di sana. Namanya juga hari minggu. Hari memancing nasional. Berkah untuk refreshing para karyawan. Tak lama kemudian ada Lek Siged datang dengan piranti Cangkek ULnya seharga setengah juta dengan beberapa ikan hidup yang ditaruh dalam wadah bekas cat. Khas pemancing dari tanah Mataram. 


Setelah lama tidak strike

Kami berdua menuju spot sebelah barat. Ada kakek pemancing yang membawa banyak joran. Dan untuk melepas cacing yang tersisa joran di seblak ke air. Jurus pembuang sisa cacing, pamungkas kat dan membuat pemancing lain agak gusar karena gerakan air yang kasar. Kami mencoba menahan diri karena ada pemancing itu masuk pemancing tua yang legendaris. Coba kalau masih muda, bisa ramai-ramai kita pisuhin. Spot sebelah barat kurang kondusif. Satu ekor sepat sudah diajarin berenang oleh Lek Siged kami lanjut di spot TKP hape jatuh. Air sebenarnya surut tapi aliran dari barat membuat arus tetap stabil. Ulat dimainkan dan akhirnya ada gerakan dari pelampung hijau kecil di tepi tembok. Seekor ikan keting telah saya dapatkan. Lumayan sebagai hiburan setelah sekian lama tidak mancing. Selang beberapa lama kemudian, pemancing di sebelah timur datang dengan membawa dua piring makanan, krupuk dan satu botol besar air mineral. Ternyata mereka tidak hanya mancing tapi juga camping. Kapan-kapan saya bawa peralatan masak lapangan, mancing sambil menikmati hasil pancingan secara langsung on the spot. Tiada yang lebih menggembirakan di tanggal tua selain mancing bersama. Salam Jorang Melungker. 


 


Post a Comment

0 Comments